Standar Tertinggi

Ketika sedang berkhotbah di bukit, Kristus menyampaikan suatu standar yang sungguh mulia dan tinggi. Dia menyampaikan bahwa kesalahan-kesalahan yang dianggap remeh ternyata mempunyai konsekuensi tinggi.(Mat. 5:21-24).

Kita baca Matius 5:21-37
Sumber: freepik.com


Kristus juga menyampaikan dosa-dosa yang fatal. Bukan sekedar dosa dan aturannya. Bahwa standar-Nya tidak hanya sekedar tidak melakukan. Yesus mengatakan kalau tangan menyebabkan berdosa, lebih baik tangan dipotong. Kalau mata menyesatkan, maka lebih baik dicungkil. Daripada seluruh tubuh masuk neraka. Akan tetapi, Yesus juga memberi suatu penekanan: mungkinkah orang tanpa tangan mencuri? Mungkinkah orang tanpa mata tersesat? Mungkinkah orang tanpa mulut mencaci saudaranya? Mungkinkah orang yang terkurung dalam sebuah ruang yang sangat terpencil, dalam kondisi gelap dan sangat sendirian berbuat banyak dosa?

Sangat bisa! Karena semuanya berawal dari hati. Zinah dalam hati sudah serupa dengan zinah fisik. Mencuri dalam hati sama berdosanya dengan benar-benar mencuri. Hanya berniat membunuh hukumannya sama dengan membunuh benaran. Semuanya berawal dalam hati. Yesus mengingatkan bahwa bukan yang masuk ke mulut yang menyajikan orang, tetapi apa yang keluar dari hatilah yang menajiskan orang (Mat. 15:18).

Manusia melihat apa yang dilihat mata, Tuhan melihat hati (1 Sam. 16:7). Apakah kecenderungan hati kita? Jika ini adalah standar Allah, bisakah kita mengatakan bahwa kita tidak berdosa satu haripun? Bahkan, Alkitab mencatat dengan jujur bahwa kecenderungan hati manusia adalah jahat (Kej. 6:5). Standar Allah adalah hati. Motivasi. Semuanya Allah nilai dari situ. Perbuatan baik dengan motivasi yang salah tetaplah dosa yang membawa maut di hadapan Allah.

Ketika kita memahami standar ini, mau tak mau kita pastilah tertunduk. Bagaimana kita bisa benar di hadapan Allah? Satu-satunya cara adalah mengganti hati kita yang jahat dengan hati yang baru. Bisakah manusia mengganti hatinya? Tidak bisa. Kulitnya dan rambutnya saja tidak bisa diubahnya (Yer. 13:23, Mat. 5:36). Apalagi hatinya. Satu-satunya harapan kita adalah Allah. 

Hanya Allah yang bisa memberi hati yang baru. Hanya Allah yang bisa membuat kita taat terhadap kehendak Allah. Dua kali nabi Yehezkiel menyampaikan hal ini (Yeh. 11:19-20 dan Yeh. 36:26-27). Hanya Allah yang bisa membuat kita benar. Hanya Allah yang bisa menolong kita. Mari berdoa agar Allah berkenan mengganti hati kita dengan hati yang baru. Yang terarah kepada Kristus dan taat hari lepas hari.

Kiranya Tuhan menolong kita.

Comments

Popular posts from this blog

Pilihan Mudah(?)

Ketakutan Yang Tidak Terbukti

Allah dan Hukum-Nya