Pilihan Mudah(?)

 Di ujung-ujung hidupnya, orang-orang bijaksana, sepuh dan lanjut umur biasanya merefleksikan perjalanan hidupnya dalam bentuk nasehat kepada generasi selanjutnya. Segala kegagalan dan juga semua keberhasilan akan diteruskan melalui petuah. Kita yang lebih muda sebaiknya mendengar. Karena nasehat ini sudah teruji waktu.


Mari kita lihat pesan-pesan seorang bijak yang sepuh bernama Musa dalam Ulangan 30:15-20


Pilihan mudah?

Pada saat-saat terakhirnya, Musa memberikan pengingat kepada bangsa yang dipimpinnya. Pada masa ini, hampir semuanya belum pernah melihat tanah Mesir. Yang pernah melihat Mesir hanya tinggal Musa, Yosua dan Kaleb. Sebagian besar bangsa itu tidak melihat bagaimana Allah menurunkan sepuluh tulah ke Mesir. Sebagian besar bangsa Israel ini tidak mengalami berjalan di tengah laut yang terbelah. Mereka masih muda. Mereka perlu diingatkan betapa besar Allah yang telah menolong mereka keluar dari Mesir. Dan yang selama ini menyertai mereka di padang gurun. Yang waktu siang meneduhkan dengan tiang awan. Dan pada waktu malam menerangi dan menghangatkan dengan tiang api. Allah yang memberikan setiap pagi roti kecil yang manis seperti madu yang mereka sebut manna.

"Ingatlah", kata Musa yang sudah renta. Jangan lupakan. Selalu tanamkan dalam hati dan pikiranmu. "aku menghadapkan kepadamu pada hari ini kehidupan dan keberuntungan, kematian dan kecelakaan,". Pada saat ini Musa mungkin mengingat bagaimana bangsa Israel mengalami naik turun rohani setelah mereka keluar dari Mesir. Pernah tiga ribu(!) orang mati ketika Israel membuat bagi mereka anak lembu emas untuk disembah sewaktu Musa melihat tangan Tuhan menulis di dua loh batu. Bagaimana bangsa Israel bersungut-sungut sehingga Musa marah dan memukul sebuah batu sehingga batu itu mengeluarkan air. Dan Tuhan marah kepada Musa, sehingga  iapun tidak akan masuk ke tanah yang dijanjikan. Ada juga waktu ketika banyak orang Israel mati dipatuk ular tedung. Sampai Musa diperintahkan untuk membuat ular tedung dari tembaga, agar yang sudah terpatuk dan melihat ular tembaga itu tetap hidup.

Dia memandang kepada generasi baru Israel di hadapannya. Dia menghela nafas. Anak-anak muda ini perlu diingatkan. Mereka perlu diingatkan akan konsekuensi dari pilihan-pilihan yang akan mereka buat. Walaupun mereka akan memasuki tanah yang sudah dijanjikan.

Sumber ilustrasi: freepik.com

Ada dua pilihan, hai bangsa Israel: kehidupan dan keberuntungan serta kematian dan kecelakaan. Kalau kita perhatikan terjemahan-terjemahan lain, pilihan ini lebih tegas: hidup dan kebaikan atau mati dan kejahatan. Lakukanlah yang benar, maka kamu akan hidup. Jahat, maka kamu akan mati. Sepertinya pilihan yang mudah bukan? Lagipula, manusia waras mana yang akan memilih kematian dan kejahatan dibanding kehidupan dan kebaikan?

Pilihan Baik

Pilihan yang baik adalah "mengasihi TUHAN, Allahmu, dengan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya dan berpegang pada perintah, ketetapan dan peraturan-Nya". Ini merupakan bayangan yang akan datang dari sesuatu yang juga dikatakan Yesus: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu." (Mark. 12:30). Ini berarti menyangkal diri, memikul salib dan mengikut Yesus. Mengasihi Allah berarti tidak lagi bertindak sesuka hati, tetapi seturut kehendak Allah. Mengasihi Allah berarti memenuhi panggilan Allah, tidak sekedar memenuhi kemauan diri sendiri. Mengasihi Allah berarti menggunakan segenap talenta, bakat dan semua keahlian sebesar-besarnya untuk kemuliaan TUHAN. Mengasihi Allah berarti setiap hari dengan sekuat tenaga melawan semua keinginan diri sendiri untuk berbuat yang tidak disukai TUHAN.

Mengasihi Allah adalah mati bagi dosa dan hidup bagi Kristus.

Mengasihi Allah berarti berhenti memuliakan diri sendiri. Mengasihi Allah berarti menekan dan mematikan semua keinginan untuk memuaskan hawa nafsu. Mengasihi Allah berarti mengampuni orang yang bersalah kepada kita. Mengasihi Allah berarti siap menolong orang-orang yang memerlukan. Kita bisa meneruskannya sendiri. Kita tahu bagaimana mengasihi Allah. Kita tahu bagaimana hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya. Kita tahu perintah, ketetapan dan peraturan-Nya. Dan kita tahu betapa banyak yang kita langgar.

Apakah kita sudah benar-benar mengasihi Allah?

Pilihan Buruk

Selanjutnya, orang tua yang bijak dan letih itu berkata: "jika hatimu berpaling dan engkau tidak mau mendengar, bahkan engkau mau disesatkan untuk sujud menyembah kepada allah lain dan beribadah kepadanya". Pilihan buruk, yang membawa kematian adalah berpaling dan tidak mau mendengar. Bahkan disesatkan dan menyembah ilah lain. Inilah pilihan yang membawa kebinasaan. Inilah pilihan yang tidak mau kita ambil. Kita tidak mau memuliakan diri sendiri. Kita tidak mau menghabiskan banyak waktu untuk kesenangan kosong. Kita tidak mau memilih untuk bermedia sosial di waktu ibadah. Kita tidak mau duduk sampai larut malam di antara pencemooh Allah. Kita tidak mau berbohong kepada istri atau suami kita. Kita pastinya tidak mau merusak tubuh kita yang adalah ciptaan Allah.

Eh, atau inikah yang selama ini kita lakukan?

Apakah selama ini kita tanpa sadar sudah memilih kematian dan kejahatan dibanding hidup dan kebaikan?

Banyak keputusan-keputusan buruk tanpa sadar sudah menjadi kebiasaan. Sehingga pada akhirnya, keputusan-keputusan buruk ini sudah menjadi biasa saja. Dan akhirnya kebiasaan ini menjadi gaya hidup. Lama kelamaan, seperti tenggelam dalam spiral kebiasaan-kebiasaan mengabaikan perintah dan ketetapan Tuhan, kita semakin memilih kematian dan kejahatan. Hari lepas hari. Lingkaran setan yang membuat kita hidup mengikut cara setan.

Mari memilih

Hari ini, -dan setiap- hari kita diperhadapkan pada pilihan-pilihan. Keputusan-keputusan yang harus kita  ambil. Ambillah keputusan-keputusan yang menyenangkan hati TUHAN. Hiduplah hari lepas hari sesuai dengan perintah dan ketetapan-Nya. Tuntunan-Nya tersedia di sekeliling kita. Alkitab, doa, persekutuan orang percaya, semua dipakai Tuhan untuk membantu kita mengambil keputusan yang benar. Pilihlah kehidupan dan kebaikan. Hari lepas hari.

Kiranya TUHAN menolong kita.



⏩ Fast Forward ⏩

Seorang gubernur bernama Pilatus pernah bertanya, "Apakah kebenaran itu?" (Yoh. 18:38). Di ujung hidupnya, Musa memerintahkan agar bangsa Israel memilih hidup. Hari-hari ini kita bernyanyi: "...jalan mana yang harus kupilih?". Jika saja Pilatus pernah mengikuti Yesus selama tiga tahun pelayanan-Nya di dunia, pertanyaan Pilatus tidak akan sulit dijawab. Musa sudah melihat kemuliaan Hidup itu. Dan saat ini, kita sudah diberitahu mana Jalan yang harus dipilih. "Akulah jalan, kebenaran dan hidup" kata Yesus (Yoh. 14:6). Kebenaran itu bukan "apa", tetapi "Siapa". Jalan kepada Bapa ya hanya melalui Yesus. Dan di dalam Yesuslah kita bisa hidup dengan sehidup-hidupnya. Pilihlah Yesus.

Ku memilih Yesus lebih mulia 

Setia padaNya dan puaskan hatiNya

Ku memilih Yesus lebih indah 

Dan muliakanNya penuh setia 

Ku tak mau jadi raja penguasa, 

namun dib’lenggu dosa

Ku memilih Yesus, lebih indah, 

dari semuanya

(I'd Rather Have Jesus, Rhea F. Miller, 1922, ayat kedua, terjemahan bahasa Indonesia)

Comments

Popular posts from this blog

Ketakutan Yang Tidak Terbukti

Allah dan Hukum-Nya