Hikmat Ciptaan: Semut

 Alkitab adalah buku yang luar biasa. Sejauh ini, Alkitab adalah buku yang paling banyak dibaca di dunia. Seorang penulis bernama John Chapman mendapati bahwa Alkitab terjual sebanyak 3,9 milyar eksemplar selama 50 tahun terakhir1. Dan itu belum menghitung Alkitab digital yang terinstal di gawai digital. Bukan sembarang laku, Alkitab adalah buku yang diilhamkan Allah. Berisi kebenaran yang kekal. Yang melampaui waktu. Yang berlaku baik di dunia sekarang mapun di dunia yang akan datang. Pelajaran moral di dalamnya sungguh sangat bijaksana. Filsafat yang terkandung di tiap tulisan sangat menginspirasi dan menyegarkan pemikiran.Maka tidak mengherankan, Alkitab dipelajari baik oleh pencintanya, maupun pembencinya.

Hari ini kita belajar dari Amsal 6:6-11.

Semut dan Pemalas

Alkitab adalah buku yang praktis. Artinya, apa yang tertulis di dalamnya bukanlah sesuatu yang tidak mungkin untuk dikerjakan. Kita sering mendengar bahwa: "Yang di Alkitab itu yang ideal, yang tidak mungkin kita kerjakan." Hal ini tidak benar sama sekali! Justru Alkitab mengajarkan hal-hal praktis, yang sangat bisa dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Mungkin kita tidak mau melakukannya karena memang Alkitab sangat bertentangan dengan natur dosa kita. Salah satunya yang akan dibahas pada bacaan hari ini: kemalasan.

Penulis Amsal menyarankan agar kita belajar dari semut. Dia menyarankan kita untuk belajar dari kebijakan yang dimiliki semut. Hal pertama yang terlintas adalah: betapa luar biasanya karya ciptaan TUHAN. Sehingga tiap ciptaan-Nya memiliki hikmat yang bermanfaat bagi hidup kita. Kita hanya perlu menyadarinya. 

Kembali ke si semut. Semut memilki beberapa kebijaksanaan dalam hal kerajinan.

Inisiatif

Pada waktu musim panas, semut menyiapkan makanannya pada musim panas dan musim panen (8). Walaupun tidak ada pengaturnya, pemimpinnya ataupun penguasanya. Semut memiliki inisiatif, sesuatu yang tidak dimiliki si pemalas. Semut bekerja teratur dan rajin. Seolah-olah memang inisiatif itu sudah tertanam di dalam hati dan pikirannya. Kita yang pemalas harus mulai belajar dari sini. 

Penundaan

Zaman ini adalah kejayaan dari kaum rebahan. Seolah-olah rebahan adalah kasta tertinggi dari manusia. 😆 Perikop hari ini memperingatkan rebahan yang berlebihan. Penundaan karena kemalasan. Yang kuliah dulu mengenalnya dengan nama SKS (Sistem Kebut Semalam). Istilah lainnya adalah "the power of kepepet". Sekarang ini banyak istilah yang memaklumi kemalasan kita. Padahal itu semua terjadi karena kita menunda-nunda hal yang seharusnya kita kerjakan. Kalau bisa nanti, kenapa harus hari ini? Berhati-hatilah terhadap kemalasan jenis ini.

Jika semut menunda-nunda mengumpulkan makanan, maka satu koloni semut akan mati kelaparan pada waktu musim di mana tidak ada makanan. Maka waktu panen dan musim panas, semut tidak bisa berleha-leha. Dia harus bekerja dengan rajin. Jika kita menunda-nunda dan bermalas-malasan, maka jangan heran kalau kemiskinan dan kekurangan menyerbu kita (11). Mari belajar. Jika ada waktu saat ini, maka manfaatkan itu sebaik-baiknya. Sehingga the power of kepepet kehilangan kuasanya. Yang ada the power of manageable life. Hidup yang tertata. Bekerja pada waktu bekerja, beristirahat pada waktu beristirahat.

Kiranya Tuhan menolong kita.

Referensi

Comments

Popular posts from this blog

Pilihan Mudah(?)

Ketakutan Yang Tidak Terbukti

Allah dan Hukum-Nya