Skip to main content

Garam dan Terang

Garam mempunyai fungsi yang unik. Yang tidak ada substitusinya pada zaman itu. Garam mempunyai fungsi positif: memberi rasa. Dan juga fungsi negatif: mencegah pembusukan. Ketika garam kehilangan karakteristiknya, -rasa asinnya- maka garam itu tidak berguna. 

Kristus memberi label kepada murid-murid-Nya (Mat. 5:1-2) sebagai garam dan terang dunia. Murid-murid tidak bisa lari dari dunia (eskapisme). Tapi murid-murid juga tidak boleh terpengaruh oleh budaya dunia ini (konformitas). Murid Kristus dituntut untuk memberi pengaruh kepada dunia, walaupun mereka sedikit. Seperti garam dan terang yang sedikit namun memberi pengaruh besar.

Garam.


Salah satu fungsi unik garam adalah untuk mengawetkan daging/ikan. Fungsi unik murid Kristus adalah mencegah kebusukan dunia ini. Peradaban dunia memang semakin maju. Tetapi moral dunia terus menerus terdegradasi dan membusuk.


Coba lihat betapa banyaknya hal yang dulu dianggap imoral sekarang menjadi hal-hal yang dimaklumi. Homoseksualitas dan kawan-kawannya (LGBTI+). Pernikahan beda agama. Kehidupan seks di luar nikah. Perilaku-perilaku menyimpang, seperti perjudian, kemabukan, ketagihan akan hal-hal duniawi. Semuanya menjadi hal yang dimaklumi. Diterima oleh umum. Dan juga oleh gereja. 

Melalui khotbah-Nya, Kristus kembali menekankan standar yang harus dipenuhi oleh murid-murid-Nya. Bukan konformitas. Bukan penerimaan terhadap budaya yang rusak. Tapi memberi sebuah kebudayaan tandingan. Kebudayaan alternatif. Kebudayaan dunia yang semakin imoral harus diterabas dengan kepatuhan dan ketaatan terhadap hukum-hukum Allah. Standar hukum Allah tidak pernah menurun. Standar kesempurnaan tetap dituntut dari gereja dan murid Kristus. Kalau gereja dan murid Kristus malah dipengaruhi dunia ini, maka dengan apakah dia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya.

Mari memberi budaya tandingan. Status murid Kristus bukanlah sekedar status. Tapi sebuah kondisi dimana hidup si murid diubahkan. Yang pada akhirnya hidup sang murid memberi perubahan bagi lingkungan sekitarnya. Yang juga mengubah hidup orang lain melalui Injil yang disampaikan. Bukan malah dipengaruhi. Tapi memberi pengaruh. Meneruskan pengaruh. Pengaruh Sang Guru: Kristus. Diubah untuk membawa perubahan. That's a disciple's life. 

Untuk itu maka murid dituntut untuk memiliki teladan hidup yang sama seperti Kristus. Haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna. (Mat. 5:48). Sebuah tuntutan yang tidak main-main. Mungkinkah kita sempurna? Sama seperti Bapa di Sorga? Walaupun kelihatannya mustahil, Paulus tetap mendorong agar murid-murid Kristus tetap mengejar kesempurnaan itu. Tanpa lelah terus berlari mengejar kesempurnaan akan pengenalan dan ketaatan yang sempurna (Fil. 3:12-16). Bukankah Kristus juga berdoa bagi murid-murid-Nya agar Dia dan murid-Nya menjadi satu seperti Dia dan Bapa adalah satu? (Yoh. 17:20-23). Mari murid Kristus, tetap berjuang dalam ketaatan dan menjadi saksi. Sebagaimana label kedua.

Terang

Seperti garam, terang memiliki fungsi unik. Tidak ada satupun cara menghilangkan kegelapan tanpa terang. Dan tanpa terang, maka yang ada hanya kegelapan. Tetapi, terang sekecil apapun akan mengenyahkan kegelapan. Label inilah yang diberikan Kristus kepada murid-murid-Nya. Kamu adalah terang dunia. Jangan salah sangka bahwa terang itu bersumber dari kita. Kita menjadi terang karena kita terlebih dahulu diterangi oleh Sang Terang Sejati yang adalah Kristus (Yoh. 8:12; 9:5). Maka sebagai anak-anak terang (Yoh. 12:36) kita dituntut untuk hidup sebagaimana anak-anak terang hidup (Ef. 5:8).


Bagaimana? Dengan hidup berbeda dari dunia. Dengan hidup berpadanan dengan Injil (Ef. 4:1; Fil. 1:27), dan meninggalkan dosa dan siap dipakai TUHAN (Rm. 6: 11-13). Jika kita melihat buah Roh (Gal. 5:22-26), maka itulah perbuatan baik yang membuat orang tertarik kepada pemberitaan Injil. Siapakah yang mau mendengar tentang Guru kita Kristus jika kehidupan kita masih dikuasai hal-hal pada Galatia 5:19-21? Tetapi ketika hidup kita dipenuhi buah Roh, Injil akan berkuasa atas kita. Dan akan menarik orang lain pada Kristus.

Jangan salah sangka bahwa perbuatan baik kita adalah syarat keselamatan. Bukan. Perbuatan baik kita adalah hasil keselamatan. Jika kita belum diselamatkan, belum mengakui segala dosa kita, menyerahkan keselamatan kita sepenuhnya kepada Kristus dan meninggalkan dosa, maka semua perbuatan baik kita tidak ubah seperti kain kotor (Yes. 64:6 cat: terjemahan "kain kotor" di sini adalah kain yang dijadikan pembalut wanita yang sedang haid. Pada zaman itu, kain ini adalah kejijikan dan sesuatu yang najis). Perbuatan baik orang-orang yang belum menjadi murid Kristus akan memuliakan orang tersebut. Tetapi perbuatan baik murid Kristus haruslah memuliakan Bapa di Surga (Mat. 5: 16).

Juga, perbuatan baik hasil keselamatan dan juga status itu harus kita nyatakan di depan orang. Keengganan kita berdosa haruslah kita proklamirkan kepada semua orang. Jangan takut dikatakan sok rohani, atau bibelon. Karena memang itulah kondisi kita sebagai murid Kristus. Seharusnyalah semua murid Kristus adalah orang yang bibelon dan mengejar hal-hal rohani. Jangan takut memproklamirkan nilai-nilai kekristenan dan kebenarannya. Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat (Mat. 5:11). Justru ketika kita dihina karena melakukan dan membagikan kebenaran Kristus, kita seharusnya berbahagia. Dengan demikianlah terang kita bercahaya.

Jangan padamkan api Roh Kudus dan teruslah bersaksi bagi-Nya. Tolaklah dosa, bagaimanapun menariknya dia. Janganlah sama seperti dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu. Dan ketahuilah, Kristus berjanji untuk menyertai murid-murid-Nya sampai akhir zaman.

Kiranya Tuhan menolong kita.

Comments

Popular posts from this blog

Pilihan Mudah(?)

 Di ujung-ujung hidupnya, orang-orang bijaksana, sepuh dan lanjut umur biasanya merefleksikan perjalanan hidupnya dalam bentuk nasehat kepada generasi selanjutnya. Segala kegagalan dan juga semua keberhasilan akan diteruskan melalui petuah. Kita yang lebih muda sebaiknya mendengar. Karena nasehat ini sudah teruji waktu. Mari kita lihat pesan-pesan seorang bijak yang sepuh bernama Musa dalam Ulangan 30:15-20 Pilihan mudah? Pada saat-saat terakhirnya, Musa memberikan pengingat kepada bangsa yang dipimpinnya. Pada masa ini, hampir semuanya belum pernah melihat tanah Mesir. Yang pernah melihat Mesir hanya tinggal Musa, Yosua dan Kaleb. Sebagian besar bangsa itu tidak melihat bagaimana Allah menurunkan sepuluh tulah ke Mesir. Sebagian besar bangsa Israel ini tidak mengalami berjalan di tengah laut yang terbelah. Mereka masih muda. Mereka perlu diingatkan betapa besar Allah yang telah menolong mereka keluar dari Mesir. Dan yang selama ini menyertai mereka di padang gurun. Yang waktu siang me

Ketakutan Yang Tidak Terbukti

Musa berangkat ke Mesir. Kembali setelah 40 tahun meninggalkan Mesir. Dia sekarang menjadi agen Allah. Misinya: memimpin bangsa Israel keluar dari perbudakan Mesir. Dalam prosesnya, Musa bernegoisasi dengan TUHAN. Musa banyak beralasan. Bahkan Musa sempat menolak. "Ah, Tuhan, utuslah kiranya siapa saja yang patut Kauutus.” kata Musa. Di sini TUHAN akhirnya murka dan berkata pada Musa: "Bukankah di situ Harun, orang Lewi itu, kakakmu? Aku tahu, bahwa ia pandai bicara; lagipula ia telah berangkat menjumpai engkau, dan apabila ia melihat engkau, ia akan bersukacita dalam hatinya.” (Kel. 4:14). Setelah Musa mencapai setengah perjalanannya ke Mesir, TUHAN menggenapkan perkataan-Nya kepada Musa dengan berfirman kepada Harun: "Pergilah ke padang gurun menjumpai Musa.” (Kel. 4:27). Allah menepati janji-Nya ketika Ia mengutus Musa. Allah selalu menggenapkan rencana-Nya. Musa dan Harun kemudian bercerita. Bagaimana TUHAN menjumpai Musa. Mempercayakan mujizat kepada Musa. Memp

Allah dan Hukum-Nya

 Di Gunung Sinai, TUHAN memberikan sepuluh titah. Decalogue -10 kalimat- adalah perkataan TUHAN yang disampaikan langsung di hadapan bangsa Israel. Kisah ini tertulis di Keluaran 20:1-21 . Me, Myself and I Pada masa posmodern ini, aturan dibuat tanpa konsensus moral. Orang membuat aturan dan hukumnya sendiri. Dan parahnya, semuanya berbasis pada relatifisme moral. Semua tergantung pada standar moral pembuatnya. Tergantung pada preferensi pembuat aturan itu. Coba kita lihat beberapa poin yang mungkin pernah kita dengar: Ibadah di rumah sama aja kok seperti ibadah di gereja. Jadi, untuk apa pergi ke gereja? Tidak apa-apa berbohong untuk kebenaran. Selama tidak ada yang dirugikan. Kalau bisa besok, kenapa harus sekarang? Kita bisa berbuat sesuka hati kita. Nanti malam berdoa minta ampun. Suci deh . Besok buat lagi. Robin Hood adalah pahlawan. Dia mencuri dari orang kaya korup dan membagikannya kepada orang miskin.  Dia jahat. Maka sepantasnya juga dia dijahati. Semuanya ini kita buat han