Skip to main content

Pemimpin Yang Tidak Memimpin

 


Ayat Bacaan: Mikha 3:1-4

Nabi Mikha sekarang berkonfrontasi dengan pemimpin Israel (ay. 1).  Nabi Mikha mengungkap sebuah kualitas yang seharusnya dimiliki oleh para pemimpin. Yaitu "...mengetahui keadilan." Di masa itu, tugas para pemimpin dan kepala luak adalah menyelesaikan permasalahan dan perselisihan yang terjadi dengan seadil-adilnya. Merekalah orang yang dipercaya, yang diurapi dengan roh Allah. Sebuah hal yang jika diurut dimulai pada masa kepemimpinan seorang nabi besar lainnya: Musa (band. Kel. 18:13-26). Para pemimpin seharusnya mengetahui keadilan, karena mereka seharusnya sudah memahami "...ketetapan-ketetapan dan keputusan-keputusan, dan memberitahukan kepada mereka jalan yang harus dijalani, dan pekerjaan yang harus dilakukan." (Kel. 18:20)

Para pemimpin juga seharusnya adalah orang yang (1) cakap, (2) takut akan Allah, (3) dapat dipercaya. Mereka juga adalah orang-orang yang membenci suap. Yang melambangkan ketidakjujuran dan ketidakadilan. (Kel. 18:21). Standar yang sangat tinggi bagi orang-orang yang seharusnya menjadi pemimpin! 

Tetapi, realitas tidak seindah idealisme.

Pemimpin-pemimpin Israel digambarkan sebagai orang yang "membenci kebaikan dan mencintai kejahatan"! Sebagai akibatnya, bangsa Israel menderita penderitaan yang amat sangat. Dan ironisnya, pemimpin Israel turut menikmati kesengsaraan bangsa Israel! (Mik. 3:3) Bangsa israel merana, kehilangan arah dan kehilangan keadilan. Tidak heran mereka tercerai-berai dan mencari ilahnya sendiri. Yang pada akhirnya semakin membuat TUHAN murka.

Begitu besar tanggungjawab seorang pemimpin. Begitu tinggi standar yang diharapkan dari seorang pemimpin. Karena pemimpin yang benar akan menghasilkan pemimpin yang benar juga. Tetapi pemimpin yang rusak akan menghancurkan pemimpin lain dan orang yang dipimpinnya. Jika saat ini kita ditunjuk menjadi seorang pemimpin, mari belajar untuk merendahkan hati dan takut akan Allah. Baik di dunia kerja, di gereja dan di manapun TUHAN menempatkan kita. Menjadi pemimpin bukanlah menjadi elit. Menjadi pemimpin adalah menjadi pelayan (Luk. 22:24-27)

Kiranya TUHAN menolong kita yang dipercaya menjadi pemimpin! (SHS)

Comments

Popular posts from this blog

Pilihan Mudah(?)

 Di ujung-ujung hidupnya, orang-orang bijaksana, sepuh dan lanjut umur biasanya merefleksikan perjalanan hidupnya dalam bentuk nasehat kepada generasi selanjutnya. Segala kegagalan dan juga semua keberhasilan akan diteruskan melalui petuah. Kita yang lebih muda sebaiknya mendengar. Karena nasehat ini sudah teruji waktu. Mari kita lihat pesan-pesan seorang bijak yang sepuh bernama Musa dalam Ulangan 30:15-20 Pilihan mudah? Pada saat-saat terakhirnya, Musa memberikan pengingat kepada bangsa yang dipimpinnya. Pada masa ini, hampir semuanya belum pernah melihat tanah Mesir. Yang pernah melihat Mesir hanya tinggal Musa, Yosua dan Kaleb. Sebagian besar bangsa itu tidak melihat bagaimana Allah menurunkan sepuluh tulah ke Mesir. Sebagian besar bangsa Israel ini tidak mengalami berjalan di tengah laut yang terbelah. Mereka masih muda. Mereka perlu diingatkan betapa besar Allah yang telah menolong mereka keluar dari Mesir. Dan yang selama ini menyertai mereka di padang gurun. Yang waktu siang me

Ketakutan Yang Tidak Terbukti

Musa berangkat ke Mesir. Kembali setelah 40 tahun meninggalkan Mesir. Dia sekarang menjadi agen Allah. Misinya: memimpin bangsa Israel keluar dari perbudakan Mesir. Dalam prosesnya, Musa bernegoisasi dengan TUHAN. Musa banyak beralasan. Bahkan Musa sempat menolak. "Ah, Tuhan, utuslah kiranya siapa saja yang patut Kauutus.” kata Musa. Di sini TUHAN akhirnya murka dan berkata pada Musa: "Bukankah di situ Harun, orang Lewi itu, kakakmu? Aku tahu, bahwa ia pandai bicara; lagipula ia telah berangkat menjumpai engkau, dan apabila ia melihat engkau, ia akan bersukacita dalam hatinya.” (Kel. 4:14). Setelah Musa mencapai setengah perjalanannya ke Mesir, TUHAN menggenapkan perkataan-Nya kepada Musa dengan berfirman kepada Harun: "Pergilah ke padang gurun menjumpai Musa.” (Kel. 4:27). Allah menepati janji-Nya ketika Ia mengutus Musa. Allah selalu menggenapkan rencana-Nya. Musa dan Harun kemudian bercerita. Bagaimana TUHAN menjumpai Musa. Mempercayakan mujizat kepada Musa. Memp

Allah dan Hukum-Nya

 Di Gunung Sinai, TUHAN memberikan sepuluh titah. Decalogue -10 kalimat- adalah perkataan TUHAN yang disampaikan langsung di hadapan bangsa Israel. Kisah ini tertulis di Keluaran 20:1-21 . Me, Myself and I Pada masa posmodern ini, aturan dibuat tanpa konsensus moral. Orang membuat aturan dan hukumnya sendiri. Dan parahnya, semuanya berbasis pada relatifisme moral. Semua tergantung pada standar moral pembuatnya. Tergantung pada preferensi pembuat aturan itu. Coba kita lihat beberapa poin yang mungkin pernah kita dengar: Ibadah di rumah sama aja kok seperti ibadah di gereja. Jadi, untuk apa pergi ke gereja? Tidak apa-apa berbohong untuk kebenaran. Selama tidak ada yang dirugikan. Kalau bisa besok, kenapa harus sekarang? Kita bisa berbuat sesuka hati kita. Nanti malam berdoa minta ampun. Suci deh . Besok buat lagi. Robin Hood adalah pahlawan. Dia mencuri dari orang kaya korup dan membagikannya kepada orang miskin.  Dia jahat. Maka sepantasnya juga dia dijahati. Semuanya ini kita buat han